WAYANG ANIME SEBAGAI MEDIA PEMBENTUK KARAKTER SISWA
(Oleh: Muhamad Iqbal)
Latar
Belakang
Seiring
berjalannya waktu yang terus menuntun kehidupan memasuki zaman modern. Telah
banyak membuat pola pikir masyarakat Indonesia (khususnya pada kalangan siswa)
berubah ke arah peradaban yang lebih kekinian. Hal tersebut membuat kebudayaan
sekaligus tontonan tradisional peninggalan para pendahulu bangsa mulai
ditinggalkan dan tidak dipedulikan. Lahir dan masuknya berbagai tontonan baru ke
Indonesia sangat mempengaruhi pembentukkan karakter siswa. Terlebih tontonan
itu belum ada proses penyaringan yang ketat mengenai kelayakan untuk diterima para siswa.
Kelayakan yang dimaksud mencakup unsur pendidikan yang mendidik para siswa
sebagai salah satu penikmat tontonan baru tersebut. Sebut saja film anime berbagai genre cerita. Hal itu sangat
disukai dan telah merasuk pada jiwa para siswa Indonesia baik usia dasar maupun
usia menengah.
Sedangkan
tontonan yang sejatinya warisan para leluhur bangsa mulai dianggap sebagai
sesuatu yang kuno. Seperti halnya pagelaran wayang golek dan kulit yang mulai
terasa ditinggalkan. Padahal, sepanjang riwayat keberadaannya wayang golek dan
kulit memiliki esensi yang kuat di lingkungan masyarakat Indonesia. Pagelarang
wayang tidak hanya menjadi tontonan tetapi menjadi tuntunan. Hal tersebut
disebabkan karena pembawaan cerita yang penuh makna dan pengajaran di dalam
kehidupan nyata yang disesuaikan dengan adab budaya sopan santun serta perihal
religius yang kental di Indonesia. Disadari ataupun tidak wayang golek dan
kulit memiliki hegemoni dalam membentuk karakter putra-putri Indonesia . Di
dalam cerita pertunjukkan wayang golek dan kulit terdapat nilai keagamaan dan
falsafah kehidupan bermasyarakat yang baik untuk disaksikan sekaligus menjadi
acuan anak-anak, remaja, hingga dewasa.
Oleh
sebab itu, mengembalikkan dan menjaga kebudayaan yang menjadi tontonan
tradisional wajib dilakukan sesegera mungkin. Terutama pada kalangan siswa yang
akan meneruskan estafet dalam melestarikan aset bangsa. Hal ini merupakan
bentuk bela negara yang sesuai dengan UU 1945 pasal 30 ayat 1. Salah satu
caranya ialah dengan menggunakan wayang anime
sebagai pembaharuan untuk menarik minat dalam membentuk karakter siswa.
Wayang
Anime Sebagai Media Pembentuk Karakter
Siswa
Anime merupakan
jenis film yang sangat disukai oleh kalangan siswa. Beragam jenis anime menjadi primadona para siswa.
Inilah kesempatan yang harus dimanfaatkan yakni menggabungkan antara wayang
dengan anime. Ini merupakan langkah
agar kaum muda (siswa) tidak keberatan untuk menyaksikan pagelaran wayang golek
maupun kulit di zaman modern ini. Memperbaharui tokoh-tokoh yang akan terlibat
dalam cerita pewayangan wajib dilakukan. Tokoh-tokoh tersebut ialah tokoh dalam
film anime. Seperti Naruto, Boruto,
Detektif Connon, Doraemon, Shinchan, Lupi, Ichiko, dll. Sehingga pemberian nama
dalam pagelaran wayang bukan lagi wayang golek ataupun kulit tetapi wayang anime.
Wayang anime berisi tokoh pewayangan dan tokoh dalam film anime. Sangat unik jika tokoh dalam anime berkolaborasi dengan tokoh pewayangan seperti, Cepot, Smar,
Gareng, Bagong, Petruk, Gatot Kaca, Rahwana, dll. Tentunya hal ini akan menarik
perhatian para siswa untuk menyaksikan. Selain itu, di dalam pagelaran wayang anime seorang dalang akan selalu membawakan
cerita dengan tema yang disesuaikan dengan topik hangat yang beredar di
masyarakat. Cerita pun dipastikan mengandung unsur keagamaan dan kebangsaan
dengan kemasan kekinian disertakan humor. Adapun tujuan unsur keagamaan dan
kebangsaan disampaikan dalam cerita untuk membentuk karakter setiap siswa
seperti sedia kala. Sedangkan, tujuan kemasan kekinian dan humor untuk mencegah
rasa bosan siswa ketika menonton. Wayang anime
akan menjadi media efektif dalam membentuk karakter siswa karena pagelaran
ini hanya dilakukan di sekolah-sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar