Minggu, 09 September 2018

WAYANG ANIME SEBAGAI MEDIA PEMBENTUK KARAKTER SISWA


WAYANG ANIME SEBAGAI MEDIA PEMBENTUK KARAKTER SISWA
(Oleh: Muhamad Iqbal)
Latar Belakang
Seiring berjalannya waktu yang terus menuntun kehidupan memasuki zaman modern. Telah banyak membuat pola pikir masyarakat Indonesia (khususnya pada kalangan siswa) berubah ke arah peradaban yang lebih kekinian. Hal tersebut membuat kebudayaan sekaligus tontonan tradisional peninggalan para pendahulu bangsa mulai ditinggalkan dan tidak dipedulikan. Lahir dan masuknya berbagai tontonan baru ke Indonesia sangat mempengaruhi pembentukkan karakter siswa. Terlebih tontonan itu belum ada proses penyaringan yang ketat mengenai  kelayakan untuk diterima para siswa. Kelayakan yang dimaksud mencakup unsur pendidikan yang mendidik para siswa sebagai salah satu penikmat tontonan baru tersebut. Sebut saja film anime berbagai genre cerita. Hal itu sangat disukai dan telah merasuk pada jiwa para siswa Indonesia baik usia dasar maupun usia menengah.
Sedangkan tontonan yang sejatinya warisan para leluhur bangsa mulai dianggap sebagai sesuatu yang kuno. Seperti halnya pagelaran wayang golek dan kulit yang mulai terasa ditinggalkan. Padahal, sepanjang riwayat keberadaannya wayang golek dan kulit memiliki esensi yang kuat di lingkungan masyarakat Indonesia. Pagelarang wayang tidak hanya menjadi tontonan tetapi menjadi tuntunan. Hal tersebut disebabkan karena pembawaan cerita yang penuh makna dan pengajaran di dalam kehidupan nyata yang disesuaikan dengan adab budaya sopan santun serta perihal religius yang kental di Indonesia. Disadari ataupun tidak wayang golek dan kulit memiliki hegemoni dalam membentuk karakter putra-putri Indonesia . Di dalam cerita pertunjukkan wayang golek dan kulit terdapat nilai keagamaan dan falsafah kehidupan bermasyarakat yang baik untuk disaksikan sekaligus menjadi acuan anak-anak, remaja, hingga dewasa.
Oleh sebab itu, mengembalikkan dan menjaga kebudayaan yang menjadi tontonan tradisional wajib dilakukan sesegera mungkin. Terutama pada kalangan siswa yang akan meneruskan estafet dalam melestarikan aset bangsa. Hal ini merupakan bentuk bela negara yang sesuai dengan UU 1945 pasal 30 ayat 1. Salah satu caranya ialah dengan menggunakan wayang anime sebagai pembaharuan untuk menarik minat dalam membentuk karakter siswa.

Wayang Anime Sebagai Media Pembentuk Karakter Siswa  
Anime merupakan jenis film yang sangat disukai oleh kalangan siswa. Beragam jenis anime menjadi primadona para siswa. Inilah kesempatan yang harus dimanfaatkan yakni menggabungkan antara wayang dengan anime. Ini merupakan langkah agar kaum muda (siswa) tidak keberatan untuk menyaksikan pagelaran wayang golek maupun kulit di zaman modern ini. Memperbaharui tokoh-tokoh yang akan terlibat dalam cerita pewayangan wajib dilakukan. Tokoh-tokoh tersebut ialah tokoh dalam film anime. Seperti Naruto, Boruto, Detektif Connon, Doraemon, Shinchan, Lupi, Ichiko, dll. Sehingga pemberian nama dalam pagelaran wayang bukan lagi wayang golek ataupun kulit tetapi wayang anime.
 Wayang anime berisi tokoh pewayangan dan tokoh dalam film anime. Sangat unik jika tokoh dalam anime berkolaborasi dengan tokoh pewayangan seperti, Cepot, Smar, Gareng, Bagong, Petruk, Gatot Kaca, Rahwana, dll. Tentunya hal ini akan menarik perhatian para siswa untuk menyaksikan. Selain itu, di dalam pagelaran wayang anime seorang dalang akan selalu membawakan cerita dengan tema yang disesuaikan dengan topik hangat yang beredar di masyarakat. Cerita pun dipastikan mengandung unsur keagamaan dan kebangsaan dengan kemasan kekinian disertakan humor. Adapun tujuan unsur keagamaan dan kebangsaan disampaikan dalam cerita untuk membentuk karakter setiap siswa seperti sedia kala. Sedangkan, tujuan kemasan kekinian dan humor untuk mencegah rasa bosan siswa ketika menonton. Wayang anime akan menjadi media efektif dalam membentuk karakter siswa karena pagelaran ini hanya dilakukan di sekolah-sekolah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cara untuk Menghafal Al quran yang Baik

Cara untuk Menghafal Al quran yang Baik Sebagian besar Pondok Pesantren atau Boarding School di Indonesia menetapkan kebijakan untuk pa...