Senin, 22 Oktober 2018

Psikologi Perkembangan Psikomotor Dengan Kondisi Indonesia


RESUME
Psikologi Perkembangan Psikomotor
Dengan Kondisi Indonesia

Secara bahasa psikologi berarti ilmu jiwa. Adapun yang dimaksud dengan perkembangan psikomotor adalah perkembangan sehubungan dengan perilaku motorik (koordinasi fungsional neuromuscular system) dan fungsi psikis (konatit, kognitif, dan afektif). Jadi, psikologi perkembangan psikomotor adalah ilmu perkembangan ilmu jiwa yang berkaitan dengan motorik dan fungsi psikis. Dua prinsip perkembangan utama yang tampak dalam semua bentuk perilaku psikomotorik ialah bahwa perkembangan itu berlangsung dari yang sederhana kepada yang kompleks, dan dari yang kasar pun global (grass bodily movements) kepada yang harus dan spesifik tetapi terkoordinasikan (finely coordinated movements).
Perkembangan psikomotor memiliki tiga karakteristik. Pertama, perkembangan pada masa kanak-kanak ditandai oleh banyak hal seperti mampu melopat 15—24 inchi, bisa berjingkrak, dan bisa menaiki tangga tanpa bantuan, Semakin lama anak-anak akan bisa mengontrol berbagai tindakan yang dilakukan. Perkembangan berikutnya ialah mandi, membantu orang lain, menggambar, makan, menulis, dan sebagainya.. Kedua, Perkembangan psikomotor pada masa remaja ditandai dengan keterampilan psikomotor berkembang sejalan dengan pertumbuhan ukuran tubuh, kemampuan fisik, dan perubahan fisiologi. Kemampuan psikomotor terus meningkat dalam hal kekuatan, kelincahan, dan daya tahan. Secara umum, perkembangan psikomotorik pada laki-laki lebih tinggi dari perempuan karena perkembangan psikomotor pada perempuan akan terhenti setelah mengalami menstruasi. Ketiga, perkembangan psikomotor pada masa dewasa menjadi puncak dari seluruh perkembangan psikomotor. Latihan merupakan hal penentu dalam perkembangan psikomotor. Melalui latihan yang trelarut dan terprogram, keterampila psikomotor akan bisa ditingkatkan juga dipertahankan. Semua system gerak dan koordinasi dapat berjalan dengan baik.
Di dalam perkembangan psikomotor juga terdapat perbandingan antara pria dan wanita. Seperti psikomotor pada pria yangmemiliki kemampuan berlari lebih baik tetapimenggunting dan menyusun krang rapi, memiliki kemampuan menulis dan cendrung menyukai olahraga fisik yang menantang. Berbeda dengan wanita, psikomotor dari mulai cara berjalan bukan kaku tetapu lemah gemulai, memilki kemampuan menulis, kemampuan berlarinya rendah tetapi menggunting dan menyusun lebih ahli pun rapi ketimbang pria, dan wanita lebih menyukai olahraga ringan atau sederhana.
Adapun dua faktor yang mempengaruhi perkembangan psikomotor. Pertama, faktor dari dalam (keturunan/gen dari orang tua, gangguan emosional, perkembangan system syaraf, pertumbuhan otot, perkembangan kelenjar endokrin dan perubahan struktur tubuh). Kedua, faktor dari luar (lingkungan dan pola asuh). Berdasarkan penjelasan beberapa paragraph di atas mengenai perkembangan psikomotor, selanjutnya akan di hubungkan dengan kondisi Indonesia.
Implikasi pendidikan pada anak Indonesia. Tentu saja masa anak-anak adalah masa bermain dan belajar. Pada masa inilah titik awal pondasi pembelajaran dimulai. Pada masa anak-anak tidak akan bisa mendidik dengan cara yang kaku tetapi harus dengan cara yang menyenangkan (seperti sembari bermain). Pada masa anak juga perkembangan psikomotor perlu ditekankan pada aspek sikap sebagai bentukan awal mereka. Kita ketahui bersama bahwa sangan penting pendidikan sikap digalakkan sejak dini. Jika pendidikan tentang sikap yang baik dan benar itu tidak dijalankan maka ketika remaja ataupun dewasa mereka belum kaan terbiasa menjalankan sikap baik dan benar. Jangankan menjalankan, diajari saja pasti kebnyakan menolak. Oleh sebab itu, pendidikan pada anak Indonesia dalam hal psikomotor ini perlu ditekankan pada aspek sikap.
Implikasi pendidikan pada remaja Indonesia. Masa remaja merupakan masa krusial di dalam sebuah kehidupan. Banyak drama tercipta di masa ini. Drama itu bisa berbentuk positif ataupu berbentuk negatif. Pada masa remajalah seseorang telah memulai perjuangan dan perjalanan untuk meniti kesuksesan. Misal, dengan berlomba-lomba menjadi yang terdepan dalam prestasi. Sekarang kita tengok gambaran besar remaja Indonesia. Banyak yang berprestasi dan banyak pula yang menjadi ironi. Dapat diketahui bersama seperti perihal berpacaran, tawuran antar pelajar, dan halhal negatif lainnya seakan-akan sudah biasa dilakukan remaja Indonesia. Oleh karena itu, sangat penting menerapkan konsep yang pendidikan psikomotor pada remaja Indonesia yang mengharuskan mereka mengerti mengenai suatu hal. Perlu ada bimbingan untuk remaja dalam menyikapi hal sosial agar terarah.
Implikasi pendidikan pada orang dewasa Indonesia. Kekurangan psikomotor masa ini pada orang dewasa Indonesia adalah orang dewasa di Indonesia berpikir kritis dan kurang baik dalam menyelesaikan sebuah permasalahan. Pada psikomotor masa dewasa ini perlu di tekankan untuk focus pada aspek pengetahuan dengan mengeneralisasi.

Sabtu, 20 Oktober 2018

Spirit Literasi Bangsa Indonesia


Spirit Literasi Bangsa Indonesia
Spirit berarti semangat. Adapun secara bahasa yang dimaksud dengan literas yakni keberaksaraan (kemampuan menulis dan membaca). Secara istilah yang dimaksud dengan literasi adalah kemampuan melek huruf (aksara) yang di dalamnya mencakup kemampuan menulis dan membaca. Makna literasi juga termasuk dalam kemampuan untuk mengenali dan memahami berbagai ide yang disampaikan melalui video ataupun gambar. Jadi, spirit literasi adalah semangat berkemampuan membaca dan menulis secara berkelanjutan. Membaca maupun menulis dilakukan tanpa henti dan jeda. Sehubungan pula dengan spirit literasi, bagaimana kondisi terkini semangat yang dimiliki bangsa Indonesia terhadap budaya literasi? Apakah bangsa Indonesia sangat antusias menjalankan? Atau antusias menggalakkan tetapi tidak menerapkan?
Menurut reportase yang dimuat di koran republika, budaya literasi bangsa Indonesia masih sangat rendah. Ketua Forum Pengembangan Budaya Literasi Indonesia Satria Darma mengatakan, berdasarkan survei banyak lembaga internasional, budaya literasi masyarakat Indonesia kalah jauh dengan negara lain di dunia. Banyak pakar dan ahli bahasa yang menyebutkan bahwa bangsa Indonesia belum merdeka dari belenggu kemalasan untuk berliterasi. Penelitian yang dilakukan oleh Programme for International Student Assessment (PISA) pada 2012 menunjukkan, Indonesia menduduki peringkat 60 dengan skor 396 dari total 65 peserta negara untuk kategori membaca. Hasil ukur membaca ini mencakup memahami, menggunakan, dan merefleksikan dalam bentuk tulisan. Skor rata-rata internasional yang ditetapkan oleh PISA sendiri adalah sebesar 500.
Capaian itu tentu turun dibandingkan peringkat Indonesia pada 2009 di urutan 57 dengan skor 402 dari total 65 negara. Pada tahun tersebut, skornya memang naik tetapi peringkatnya turun. Sedangkan pada 2006, Indonesia menduduki peringkat membaca 48 dengan skor 393 dari 56 negara. Di kawasan Asia Tenggara, kemampuan terbaik literasi membaca pada penelitian PISA tahun 2012 dipegang oleh Singapura yang menduduki peringkat ke 3 dengan perolehan skor 542. Adapun negara tetangga Malaysia ada di atas Indonesia dengan peringkat 59 dengan skor 398.
Berdasarkan data nyata dipaparkan oleh berbagai penelitian seperti yang tercantum di atas dapat diketahui bahwa spirit literasi bangsa Indonesia masih sangat rendah. Pencapaian ini sungguh ironi dan sangat disayangkan bangsa Indonesia masih berada di bawah negara yang sebenarnya dahulu belajar pada kita. Apabila budaya literasi terus menerus stagnan terlebih menurun maka bangsa Indonesia dapat dipastikan akan tertinggal jauh dari negara lain. Sekadar mimpi bangsa Indonesia yang digembar-gemborkan akan menjadi negara super power di dunia. Sulit untuk menjadi negara maju jika kemauan berliterasinya kurang. Begitu banyak manfaat dari budaya literasi yang dapat bangsa Indonesia petik secara cuma-cuma, seperti bermanfaat untuk menambah kosa kata atau perbendaharaan kata setiap warga negara, mengoptimalkan kerja otak, meningkatkan focus dan konsentrasi, mengembangkan kemampuan verbal, melatih kemampuan berpikir dan menganalisa, meningkatkan kemampuan interpersonal, menambah wawasan dan informasi baru, dan lain-lain.
Spirit literasi bangsa Indonesia perlu kembali dipompa mengingat cita-cita dan harapan besar jutaan masyarakatnya yang menginginkan adanya kemajuan di era miliineal ini. Seluruh masyarakat bangsa Indonesia perluberpern aktif mensosialisasikan, mengamalkan, dan membiasakan budaya literasi menjadi agenda rutin setiap hari. Membiasakan berliterasi setiap hari seperti sekadar membaca buku ataupu menulis merupakan sesuatu yang sangat berharga. Jika spirit literasi ini berhasil tertanamkan di jiwa bangsa Indonesia maka bukan tidak mungkin negara Indonesia akan betul-betul menjadi negara maju di dunia Internasional. Sebagaimana firman Allah swt yang berbunyi:
إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (QS.ar-Ra’d:11)
Maksudnya, jika bangsa Indonesia terus menerus stagnan pada spirit literasi yang rendah seperti sekarang maka mustahil menjadi negara maju tetapi jika bangsa Indonesia ada kehendak merubah spirit literasi menjadi semangat berapi-api (meningkatkan semangat literasi) maka tidak mustahil untuk maju. Allah mengetahui segala apa yang bangsa Indonesia kerjakan. Oleh karena itu, dengan diiringi usaha berliterasi insyaallah Allah akan membantu.


Minggu, 14 Oktober 2018

Buku Menjadi Sumber Inspirasi dan Media Berbagi


Buku Menjadi Sumber Inspirasi dan Media Berbagi
Buku merupakan jendela dunia. Istilah yang sangat sesuai dengan manfaat dan fungsi pada benda mati bernama buku. Buku memang seperti jendela yang membantu manusia untuk melihat berbagai objek di luar maupun di dalam. Begitupun dengan buku, ia membantu para pembaca melihat berbagai objek di luar maupun di dalam.
Buku adalah sekumpulan kertas bersisi tulisan ataupun gambar yang dijilid menjadi satu kesatuan. Sederhana bukan? Meskipun sangat sederhana, buku memiliki arti yang mahal. Terbukti dari berbagai tuturan pembaca yang menyatakan bahwa buku menjadi sahabat baik dalam kesendirian. Tentu saja buku yang dimaksud sebagai sahabat ialah beragam jenis buku.
Beragam jenis buku telah dikelompokkan sesuai dengan isi yang ditulis di dalamnya. Ada novel yang berisi cerita, buku ajar berisi berbagai materi sesuai tajuk yang tertera pada cover, buku latalog, dan lain-lain. Buku novel merupakan salah satu jenis karya sastra yang tidak formal karena cenderung menggunakan bahasa yang tidak baku dan berisi cerita  fiksi serta non fiksi. Berbeda dengan buku ajar ataupun buku akademis yang menggunakan bahasa baku dan formal.
Buku menjadi alternatif sumber inspirasi dan motivasi. Sebagaimana novel, didalamnya berisi cerita yang dapat menginspirasi dan memotivasi para pembaca. Banyak orang yang telah membuktikan ketika berada dalam keterpurukan mental kemudian bangkit kembali setelah membaca buku. Sebagai contoh buku religi tentang kekuatan memberi dengan judul Kun Fa Yakun karya Ust. Yusuf Mansur. Ustaz Yusuf Mansur bayak memberi pencerahan dan semangat berubah ke arah yang lebih baik dengan cara memberi dan berbagi. Berbagi dalam bentuk kebahagiaan kea rah positif dengan berbagai hal. Sebut saja dengan uang ataupun benda kesayangan. Buku Kun Fa Yakun memberi banyak pencerhan, inspirasi, dan motivasi kepada pembaca melalui semangat karena Allah swt. Buku sejenis ini yang banyak memberi motivasi dan inspirasi kepada orang-orang untuk selalu berusahan dan menyerahkan segala sesuatu kepada Tuhan yang maha esa.
Banyak hal yang bisa dipelajari dengan membaca buku. Pada hakikatnya buku menjadi wadah bagi penulis untuk berbagi. Entah itu berbagi pengetahuan ataupun perasaaan. Sebagaimana buku-buku novel yang biasanya berisi ungkapan perasaan penulis yang dituangkan dalam tinta dan kertas. Penulis bisa membagikan perasaannya melalui tulisan cerita yang dibaca banyak orang. Penulis juga dapat berbagi perihal pengetahuan yang juga dituangkan melalui tulisan. Banyak orang yang berpengetahuan luas disebabkan membaca buku pengetahuan. Artinya penulis sangat berjasa dalam mencerdaskan anak bangsa. Oleh karena itu, penting sekali keberadaan buku dalam kehidupan.
Buku memanglah menjadi sumber inspirasi dan berbagi. Banyak orang yang ingin bisa menulis. Menulis dalam artian mampu membuat buku yang menginspirasi banyak orang. Dengan membuat buku seseorang telah mengabadikan karya dalam hidupnya di dunia. Oleh sebab itu, marilah bersama-sama membuat sumber inspirasi dan media berbagi yang sangat digemari banyak orang. Membuat buku juga membantu menumbuhkan budaya literasi. Tidak akan merugi seseorang yang bergulat dengan tulisan. Keuntunganlah yang akan diterima sebagai imbalan.






Sabtu, 06 Oktober 2018

Psikologi Ranah Afektif


Psikologi Ranah Afektif
Secara bahasa, Psikologi berasal dari bahasa Yunani yakni kata “psyche” artinya daya, hidup atau jiwa dan kata “logos” artinya ilmu. Jadi, secara bahasa Psikologi ialah Ilmu jiwa. Adapun afektif artinya berkenaan dengan sikap. Jadi, psikologi afektif adalah ilmu pengetahuan mengenai mental dan jiwa yang berkaitan dengan emosi seperti perasaan, penghargaan, nilai, sikap terhadap sesuatu hal, minat, dan semangat. Psikologi ranah afektif sangat berkaitan erat dengan sebuah perkembangan.
Perkembangan dan Afektif
Perkembangan berarti sederatan perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses pengalaman dan kematangan. Seperti yang dikatakan oleh Van Den Daele (dalam Elizabeth B. Hurlock, 1980:2) “perkembangan berarti perubahan secara kualitatif.” Berdasarkan dua pernyataan diatas mengenai perkembangan dapat disimpulkan bahwa perkembangan merupakan sebuah proses integraset dari berbagai fungsi dan struktur yang kompleks.
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975:121) “ranah afektif mencakup watak dan prilaku seperti minat, perasaan, nilai, sikap, dan emosi.” Jadi, ranah afektif merupakan elemen yang berkaitan dengan perilaku, nilai, dan sikap. Segelintir pakar menuturkan bahwa sikap suatu individu  bisa diperkirakan perubahannya apabila memiliki tingkat kognitif yang tinggi. Adapun domain afektif yakni, penerimaan (mengacu pada kemampuan memberikan respon dan memperhatikan terhadap stimulus yang tepat), tanggapan (keterlibatan dan ketertarikan terhadap suatu hal), penghargaan (memberikan apesiasi), pengorganisasian (mengacu pada berbagai sikap berbeda yang membuat lebih konsisten menimbulkn konflik internal dan membentuk suatu system nilai internal, penyatuan nilai, cakupan tingkah laku yang tercermin dalam filsafat hidup), karakterisasi berdasarkan nilai-nilai (mengacu pada daya hidup dan karakter individu).
Terdapat tiga komponen sikap atau afektif. Pertama, kognisi. Kognisi berkaitan dengan pengetahuan individu mengenai obejek yang dihadapi. Kedua, afeksi. Afeksi berkaitan dengan perasaan individu dalam memberikan tanggapan suatu objek. Ketiga, konasi. Konasi berkaitan dengan kecenderungan individu melakukan tindakan kepada suatu objek. Selain itu, terdapat lima aspek yang dapat digunakan sebagai acuan memberikan penilaian terhadap kondisi psikologi afektif seseorang. Pertama, menilai dari segi sikap. Sikap ialah suatu tindakan yang dilakukan seseorang terhadap objek baik suka ataupun tidak suka. Memberikan penilaian dari segi sikap dapat dilakukan dengan cara mengamati individu yang sedang menyikapi suatu hal. Kedua, menilai dari segi minat. Minat ialah keinginan hati seseorang yang besar terhadap suatu objek. Penilaian dapat diberikan dengan cara mencari tahu minat yang disukai kemudian mengelompokkan dan menyimpulkan untuk memberikan penilaian. Ketiga, menilai dari segi konsep diri. Konsep diri ialah penilaian diri yang dilakukan seseorang atas kepemilikkan keunggulan dan kelemahan. Penilaian bisa dilakukan dengan penilaian diri individu yang dituju. Keempat, menilai dari segi nilai. Nilai yang dimaksud ialah keyakinan mengenai perbuatan atau perilaku yang dianggap baik dan buruk. Pengambilan nilai bisa dilakukan dengan cara memperhatikan ketepatan individu dalam meyakini suatu pandangan antara yang baik dan buruk. Kelima, menilai dari segi moral. Moral ialah sikap baik ataupun buruk yang dimiliki seorang individu dalam menyikapi objek tertentu. Penilaian moral dapat dilakukan dengan cara mengamati moral yang ditunjukkan seseorang di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Jika moral atau sikap yang ditunjukkan baik maka penilaiannya pun akan baik dan sebaliknya.

Perkembangan Emosi
Warna afektif merupakan perasaan senang dan tidak senang yang selalu menyertai berbagai perbuatan setiap individu setiap hari. Begitupun dengan emosi. Emosi adalah warna afektif. Tidak ada satupun orang yang tidak pernah maupun tidak memiliki emosi. Emosi itu datang ketika individu merasakan psikologis yang menyenangkan ataupun kurang menyenagkan. Seperti emosi terhadap kabar gembira. Individu akan meluapkan emosi dengan berteriak ataupun sekadar gerakan tubuh merasa senang. Kemudia seperti emosi terhadap kabar buruk. Individu biasanya akan mengalami psikis yang melemah dan sikap yang ditunjukkan akan murung tidak bergairah. Selain itu, emosi juga bisa disebabkan karena takut, benci, marah, cemas, dan cinta. Adapun berbagai perubahan fisik yang terjadi ketika seseorang berada dalam keadaan emosi, sebagai berikut:
1)    Jika marah maka peredaran darah akan bertambah cepat;
2)    Jika merasa kecewa maka individu akan bernapas panjang;
3)    Jika tagang atau takut maka air liur mongering;
4)    Jika merasa terpesona maka kulit akan bereaksi elektris;
5)    Jika terkejut maka denyut jantung akan bertambah cepat;
6)    Jika marah maka pupil mata pun membesar; dan lain-lain.

Perkembangan emosi cukup menarik dan unik. Dalam perkembangan emosi di setiap masa tentu memiliki keadaan emosi yang bermacam-macam. Lihat saja pada masa anak-anak hingga remaja. Emosi masih meledak-ledak dan susah dikendalikan. Berbeda dengan masa dewasa yang telah mampu mengendalikan emosi. Perbedaan keadaan tersebut telah menunjukkan bahwa emosi terus berkembang. Berkembang ke arah kemajuan ataupun berkembang ke arah kemunduran. Adapun firman Allah mengenai emosi manusia:
وَاعْلَمُوا أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللَّهِ لَوْ يُطِيعُكُمْ فِي كَثِيرٍ مِنَ الأمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الإيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ (٧)
Artinya: “Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. mereka Itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. (QS. Al-Hujurat: 7)”

Psikologi afektif menjadi salah satu bagian yang harus dimiliki oleh setiap individu. Psikologi afektif dalam diri seseorang akan membuat orang lain dapat menentukan baik dan buruknya perilaku ataupun sikap dalam keseharian.



Jumat, 05 Oktober 2018

Penyebab Kegiatan Belajar Mengajar Tidak Efektif


Penyebab Kegiatan Belajar Mengajar
Tidak Efektif
Tidak semua guru mampu menjalankan peran sebagai pendidik dengan lancar. Ada saat seorang guru mendapatkan hambatan yang sulit untuk diselesaikan. Hambatan yang dimaksud sebagian besar disebabkan oleh kegitan belajar mengajar yang tidak efektif. Kegiatan belajar mengajar yang tidak efektif tentu akan membawa permasalahan kepada berbagai pihak. Misal, akibat pembelajaran yang tidak efektif membuat guru tidak mampu menyampaiakan semua materi sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Akhirnya guru menjadi kewalahan dalam mengejar ketertinggalan penyampaian materi. Contoh lainnya berasal dari pihak siswa. Siswa akan sedikit bahkan kurang bisa dalam memahami segala materi yang disampaikan seorang guru. Kemudian permasalahn akan merambat pada pihak wali siswa yang tidak puas karena siswa tidak mendapatkan hasil sesuai dengan harapan.
Ketidakmaksimalan karena ketidakefektifan pembelajaran ini tentu saja akan mengakibatkan tujuan utama belajar menjadi tidak terapai. Tujuan untuk mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan pengetahuan, serta penanaman sikap. Adapun tujuan belajar menurut taxonomy bloom dan simpson diantaranya capaian kognitif (pencapian pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisa, sintesa, evaluasi), capaian afektif (capaian belajar mengenai sikap, minat, nilai), dan capaian psikomotor (capaian kesiapan belajar, gerakan terbimbing, kreativitas). Sangat mustahil jika capaian tentang belajar ingin diwujudkan dengan kondisi kegiatan belajar mengajar yang tidak efektif. Oleh sebab itu, setiap guru harus mengetahui berbagai hal yang telah menyebabkan kegiatan belajar mengajar menjadi tidak efektif. Mengetahui penyebab akan membuat seorang guru menemukan solusi dan mampu memanfaatkan waktu mengajar dengan baik. Karena Allah telah berfirman mengenai waktu dalam QS. Al-Asr yang berbunyi:
 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ   ۝ وَالْعَصْرِ
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Artinya:
1.     Demi masa.
2.     Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3.     Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al-'Ashr. :1-3)
Lalu, apa saja hal-hal yang kerap menyebabkan kegiatan belajar tidak efektif atau membuang buang waktu? Berikut adalah tiga hal yang menyebabkan kegiatan belajar mengajar tidak efektif.
1.    Pemberian Hukuman yang Tidak Menyelesaikan Masalah
Bukan sesuatu yang aneh dalam kegiatan pembelajaran bilamana terjadi peritiwa hukuman. Hukuman yang dimaksud biasanya dilakukan oleh guru. Hukuman dijatuhkan seorang guru dikarenakan siswa membuat kesalahan. Kesalahan berupa pelanggaran menaati peraturan yang telah disetujui bersama. Misal, larangan makan disaat KBM (Kegiatan Belajar Mengajar), larangan berceloteh disaat guru menjelaskan materi, kesalahan tidak mengerjakan tugas tepat waktu dan terlambat datang ke kelas. Empat hal tersebut menjadi sebab dijatuhkannya hukuman kepada siswa. Tetapi di dalam penerapan hukuman, guru terkadang melakukan kesalahan. Kesalahan paling mendasar ialah pemberian hukuman yang tidak menyelesaikan masalah. Seperti melarang siswa masuk kelas ketika datang terlambat. Tak jarang guru memberikan hukuman seperti itu. Padahal hukuman seperti itu bukanlah keputusan yang tepat dan bijak. Fakta dilapangan telah membuktikan, kebanyakan siswa yang sering datang terlambat dan terkena hukuman larangan masuk kelas justru merasa senang dan bebas. Hanya sedikit siswa yang memiliki kesadaran merasa dirugikan ataupun malu atas pemberian hukuman. Esensi hukuman yang harusnya menjerakan para pelanggar, malah membuat senang. Hukuman yang harusnya membuat para pelanggar tidak kembali datang terlambat, malah membuat siswa menjadi kebiasaan dan keenakan tidak menerima pengajaran dari guru. Akhirnya, KBM menjadi tidak efektif. Oleh karena itu, guru harus pandai dan bijak dalam menentukan hukuman yang akan diberikan pada siswa.

2.    Pemberian Kualitas Tugas yang Tidak Sesuai dengan kemampuan siswa
Setiap guru harus mengetahui seluruh kemampuan yang dimiliki siswa. Pengetahuan mengenai kemampuan siswa dapat menjadi tolok ukur dalam memberikan tugas. Guru tidak boleh asal dalam memberikan tugas kepada siswa. Jika asal maka dampak yang timbulpun bisa merugikan. Salah satunya ialah KBM menjadi tidak efektif. Bayangkan saja ketika setiap siswa yang telah dilatih mengisi soal UN diberikan tugas mengisi kumpulan soal olimpiade. Wajar saja apabila siswa tidak dapat mengerjakan tugas. Sepanjang waktu pengerjaan bisa saja siswa itu tidur atau hanya melihat-lihat tanpa ada semangat dalam mengisi soal olimpiade. Tentu saja hal ini akan membuat KBM tidak efektif. Kemampuan memberikan tugas kepada siswa sangat diperlukan seorang guru. Pemberian tugas menjadi sarana guru mengevaluasi kemampuan pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan.

3.    Membicarakan hal yang tidak penting saat mengajar
Dalam proses KBM, pastilah guru berbicara. Berbicara untuk menjelaskan materi pembelajaran kepada seluruh siswa. Segala pengetahuan positif yang diketahui oleh guru tentu akan diberikan kepada siswa. Namun, terkadang guru menyampaikan sesuatu yang tidak perlu dibicarakan panjang lebar. Seperti ketika menyampaikan sebuah materi, tak jarang guru berbicara melebar jauh dari topik yang sebenarnya sedang disampaikan. Membicarakan hal diluar topik pembahasan bukan sesuatu yang baik apabila terlalu dominan dilakukan. Membicarakan hal diluar topik justru akan membuat pembelajaran menjadi tidak efektif.
Itulah ketiga hal yang menjadi penyebab KBM menjadi tidak efektif. Lebih baik ketiga hal tersebut dihindari oleh setiap guru. Guru wajib berinovasi dan berpikir cerdas dalam menentukan sesuatu yang ingin dilakukan dalam KBM.

Cara untuk Menghafal Al quran yang Baik

Cara untuk Menghafal Al quran yang Baik Sebagian besar Pondok Pesantren atau Boarding School di Indonesia menetapkan kebijakan untuk pa...